Senin, 09 Mei 2016

Industrialisasi di Indonesia

Konsep dan Tujuan Industrialisasi

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.

Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia di mana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.

Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
  • Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
  • Meningkatkan penyebaran industri.
  • Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
  • Meningkatkan kemampuan teknologi.
  • Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
  • Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
  • Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.

Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
  • Kemampuan teknologi dan inovasi.
  • Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
  • Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
  • Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
  • Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
  • Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
  • Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
  • Sarana Transportasi. Sarana transportasi sangat vital dibutuhkan suatu industri baik untuk mengangkut bahan mentah ke lokasi industri, mengangkut dan mengantarkan tenaga kerja, pengangkutan barang jadi hasil output industri ke agen penyalur / distributor atau ke tahap produksi selanjutnya, dan lain sebagainya.
  • Bahan Mentah / Bahan Baku. Bahan baku adalah salah satu unsur penting yang sangat mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku yang cukup maka proses produsi dapat terhambat dan bahakan terhenti. Untuk itu pasokan bahan mentah yang cukup baik dari dalam maupun luar negeri / impor dapat melancarkan dam mempercepat perkembangan suatu industri


Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah. Kendala bagi pertumbuhan industri di dalam negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta komponen impor. Mesin-mesin produksi yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi peningkatan produktivitas dan efisiensi. Permasalahan-permasalahan tersebut telah menurunkan daya saing industri dalam negeri. Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasinya. Responsnya adalah dibuat Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Namun, fakta di lapangan jauh dari harapan. Regulasi pemerintah pusat tak seiring dengan regulasi pemerintah daerah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).

Permasalahan Industrialisasi

Permasalahan Umum Industrialisasi:
  • Keterbatasan teknologi.
  • Kualitas Sumber daya Manusia.
  • Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
  • Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
  • Strategi Pembangunan Sektor Industri.

Permasalahan Nasional:

  • Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang tajam,
  • Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
  • Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional
  • Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik
  • Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
  • Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.


Strategi Pembangunan Sektor Industri

Startegi pelaksanaan industrialisasi :

  1. Strategi Subtitusi Impor

  • Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
  • Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
  • Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor

     Pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
  • SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
  • Potensi permintaan dalam negeri memadai
  • Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
  • Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
  • Dapat mengurangi ketergantungan impor
    2.Penerapan Strategi Subtitusi Impor dan Hasilnya di Indonesia

  • Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
  • Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
  • Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
  • Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi

   3. Strategi Promosi Ekspor
  • Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
  • Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari  pemeritah
  • Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
  • Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif

  4. Kebijakan Industrialisasi
  • Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
  • Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN


Daftar Pustaka

Sabtu, 07 Mei 2016

Sektor Pertanian

Sektor Pertanian Indonesia

Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.[1] Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Cakupan Pertanian

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman. Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.bSisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.

Bentuk pembudidayaan tanaman di Indonesia
  • Sawah, yaitu suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
  • Tegalan, yaitu suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian·
  • Pekarangan, yaitu suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian


Nilai Tukar Petani

Nilai tukar petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan data dan perhitungan NTP di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat Statistik.

Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
  •  NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
  •  NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
  •  NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.

Kegunaan dan Manfaat:
  • Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
  • Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
  • NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
  • Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.
Cakupan Komoditas:
  • Sub Sektor Tanaman Pangan seperti: padi, palawija
  • Sub Sektor Hortikultura seperti : Sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias & tanaman obat-obatan
  • Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) seperti: kelapa, kopi robusta, cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan. Jumlah komoditas ini juga bervariasi antara daerah 
  • Sub Sektor Peternakan seperti : ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi, dll), unggas (ayam, itik, dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll)
  • Sub Sektor Perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya

Investasi di Sektor Pertanian

Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Pertanian Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi usaha pertanian dan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan.

Pertama, faktor pemerintah yang terdiri dari kebijakan investasi, regulasi dan birokrasi, serta pemerintahan dan politik yang dapat berpengaruh pada investasi. Kebijakan investasi antara lain menyangkut bidang-bidang usaha yang diperbolehkan, negara yang diizinkan, insentif pajak bagi investor, jangka HGU tanah, depresiasi, dan amortisasi.

Regulasi dan birokrasi pemerintah menyangkut prosedur dan biaya perizinan yang berbelit-belit, memerlukan waktu lama, dan biaya mahal akan mengurangi minat investasi. Pemerintahan dan politik menentukan konsistensi kebijakan dan stabilitas politik. Pemerintahan yang kebijakannya tidak konsistens dengan kebijakan pemerintahan sebelumnya serta situasi politik yang tidak stabil akan menghambat investasi.

Sumberdaya alam berupa lahan yang cukup (jumlah dan mutu), pasokan air yang cukup untuk pengairan pertanian dan kondisi iklim yang sesuai akan mendorong investasi. Demikian pula infrastruktur yang cukup (jumlah dan mutu) yaitu jaringan pengairan dan jalan pertanian akan berdampak positif terhadap investasi. Sumberdaya manusia yang cukup jumlahnya, mempunyai keterampilan tinggi, upahnya tidak terlalu tinggi,dan para pekerja yang kondusif dalam arti tidak sering melakukan demonstrasi dan protes akan merangsang investasi. Demikian pula, kondisi keamanan umum yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi akan mempunyai daya tarik untuk investasi.

Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur

Kondisi industri di Indonesia ketika diterpa krisis ekonomi menunjukan bahwa strategi pengembangan industri yang selalu mengandalkan industi manufaktur ternyata sangat rapuh. Di sisi lain tampak kebutuhan akan pengembangan industri pertanian yang berbahan baku pertanian local semakin mendesak untuk ditangani

Industri pertanian sebagaimana industri manufaktur lainnya mempunyai keterkaitan sangat erat dengan berbagai komponen penyusunnya sehingga pendekatan secara komprehensif sangat diperlukan saat penyediaan solusi permasalahan yang tepat sasaran.

Perkembangan indusri pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi Indonesia yang memiliki prospek cerah untuk menjadi tulang punggung pembangunan dengan landasan idealism petanian yang kuat.Factor pendukung industri pertanian yang utama adalah terdapatya sumber daya alam yang selalu dapat diperbarui dan keterkaitannya dengan tingkat tekologi yang semakin maju. Factor kedua adalah terdapatnya cukup banyak tenaga kerja yang kerja dengan latar belakang pendidikan yang memadai.Industry pertanian merupakan kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal dari bahan mentah hasil pertanian sehingga dapat menjadi wahana peningkatan kemakmuran ekonomi masyarakat.Factor ketiga adalah pasar domestic dan international yang selalu membutuhkan produk pertanian.

Pengkajian pengembangan dan penerapan teknologi dengan melibatkan ilmu-ilmu kimia, matematik, fisika, keteknikan dan biologi untuk konservesi tanah, memproduksi hasil pertanian dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk sajian termasuk cara-cara pengawetannya, yang mempunyai nilai tambah di dalam kualitas, nilai gizi dan daya gunanya serta siap untuk dimanfaatkan sebagai bahan industri, perdanganan dan bahan konsumsi dengan mengadakan optimasi proses dan manajemen di dalam system produksi hayati.

Salah satu penyebab krisis ekonomi adalah kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian.Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.

Alasan sektor pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi: 
  • Sektor pertanian kuat; pangan terjamin, tidak ada lapar, dan kondisi social politik stabil. 
  • Sudut Permintaan; Sektor pertanian kuat, pendapatan riil perkapita naik, permintaan oleh petani terhadap produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang &output industri menjadi input sektor pertania
  • Sudut Penawaran; permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh industri manufaktur.


Kelebihan output siktor pertanian digunakan sebagai investasi sektor industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan. Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.



Daftar Pustaka